Pernahkah kamu merasakan nyeri? Ya, nyeri yang berdenyut pada gigi, atau tertekan seperti dijerat pada kepala, atau perih yang ada setelah jatuh di tanah ketika jatuh main bola. Ada juga yang merasakan nyeri seperti tertusuk atau tersetrum, bahkan nyerinya tak kunjung hilang setelah dieberikan obat nyeri seperti yang kerap dirasakan oleh penderita yang kita sebut sebagai Post Herpetic Neuralgia. Tak ayal nyeri menjadi penyebab sekitar 75% orang dating ke tempat medis atau emergensi karena pengalaman yang tidak menyenangkan itu. Lalu bagaimana dalam menghilangkan nyeri?
Nyeri dapat diberikan pertolongan dengan media obat atau non obat. Media obat seperti golongan obat opioid, kortikosteroid, non-kortikosteroid, vitamin B1, B6, B12, dan jenis lainnya seperti Parasetamol. Sebenarnya masih banyak lagi obat yang bisa kita gunakan. Akan tetapi menangani nyeri yang akut dan kronis pendekatannya relatif berbeda. Pada nyeri akut dengan menge-bom titik nyeri baik pada transduksi, transmisi, modulasi dan persepsi lalu diturunkan secara gradual. Sedangkan pada nyeri kronis adalah dengan cara melakukan kenaikan dosis obat secara gradual dari step paling rendah hingga semakin poten. Sayangnya setiap obat memiliki efek positif dan negatif layaknya koin. Salah satu yang miris terjadi seperti timbulnya perdarahan saluran cerna akibat efek samping obat. Yang saya pernah tangani seperti kasus dengan membeli obat sendiri dan meminumnya tanpa anjuran dari medis. Sehingga dating dengan anemia berat akibat perdarahan saluran cerna.
Perdarahan saluran cerna akibat obat disebabkan oleh obat golongan NSID, Kortikosteroid, Clopidogrel, asetilsalisilat, Heparin, antikoagulan (Fischbach, 2019). 35% orang yang mengalami perdarahan saluran cerna memerlukan transfusi darah (Naoyoshi Nagata et al, 2016). Mari kita bandingkan risiko perdarahan pada saluran cerna ketika obat tersebut digunakan sendiri atau digunakan bersama-sama. Obat-obatan golongan Kortikosteroid seperti Dexametason, Metilprednisolon, Prednison memiliki risiko 4.1 kali perdarahan saluran cerna ketika digunakan sendiri. Akan tetapi ketika digunakan bersamaan dengan golongan NSID sperti asam mafenamat, Natrium diklofenak, Meloxicam, dan lain-lain maka risiko perdarahan saluran cerna meningkat menjadi 12.8 kali.
Tabel 1. Obat yang Berisiko dalam menyebabkan Perdarahan Saluran Cerna
Sumber: Gulmez SE, Lassen At, Aalykke C, et al. 2008.
Hal ini berarti, kejadian perdarahan saluran cerna amatlah penting kita perhatikan untuk manajemen nyeri karena efek sampingnya yang berbahaya. Selain itu, penting kita melakukan pencegahan seperti memberikan obat golongan PPI (Protein Pump Inhibitor) seperti omperazol, pantorazol, esomeprazole dan lain-lain.
Kombinasi obat-obatan seperti di atas dan non farmakologis juga bisa kita kombinasikan untuk mengurangi nyeri seperti menggunakan air hangat, menggunakan hipnoterapi nyeri, bahan dari alam seperti kunyit untuk melindungi saluran cerna sekaligus membantu mengurangi nyeri itu sendiri. Oleh karena itu, bila nyeri bisa dikonsultasikan dahulu dengan team medis dari RSU Kertha Usada atau Klinik Utama Teratai Dharma Medika, Klinik Utama Surya Medika, dan Klinik Utama Teja Husada.
dr Putu Sukedana, S.Ked AIFO-K
dr I Gede Agus Aprianta, Sp.PD
apt. I Gede Yoga Aditya Pratama, S.Farm
(1. Dokter RSU Kertha Usada; 2. Klinik Utama Teratai Dharma Medika; 3. Klinik Utama Surya Medika; 4. Apoteker RSU Kertha Usada dan Klinik Utama Teratai Dharma Medika)